Aku terdiam merenungkan semua ini, sampai pada akhirnya aku
pasti akan menangis setiap kali memikirkannya. Aku rapuh? Memang. Tapi aku akan
selalu berusaha terlihat tegar saat di depan kalian. Tenang saja aku takkan
mengagetkan kalian dengan tiba – tiba menangis di depan kalian. Aku masih bisa
menahan setiap hasrat untuk mengeluarkan air mata ini. Aku tak akan dan tak
ingin terlihat lemah di mata kalian sehingga kalian tak perlu merasa kasian
kepadaku. Setidaknya aku masih bisa terlihat tegar di mata kalian sampai saat
ini.
Aku sudah terbiasa memendam rasa kecewa, sedih karena ulah
kalian itu sendiri. Aku sudah terbiasa menangis tengah malam ketika mengingat
kalian. Aku rindu. Rindu semua tentang kalian. Kasih sayang, perhatian, canda,
tawa yang pernah kalian berikan.
Aku mengingat masa kecilku. Dimanja. Kalian begitu
menyayangiku saat itu dan itu saat
membahagiakan. Dan yang lebih membahagiakan adalah karena aku belum mengerti
rasanya patah hati, disakiti, dikhianati. Aku sungguh ingin kembali di saat –
saat seperti itu.
Aku masih menerawang, mengingat lagi. Aku mulai beranjak
menjadi seorang remaja. Aku punya banyak teman. Dan itu menyenangkan. Belajar
bersama , bermain, pergi bersama. Menyenangkan. Aku mulai mengerti rasa cinta.
Mencintai dan dicintai. Semuanya indah tapi selalu berakhir dengan buruk.
Sakit. Banyak orang yang datang kemudian menghilang. Mereka hanya singgah,
mengajarkanku tentang kasih sayang juga sakit hati. Dan sekarang aku harus
belajar melupakan mereka. Aku yakin Tuhan
akan memberikan yang lebih baik dari mereka.
Dan semua kebahagiaan itu terasa pergi begitu saja. Sekarang
aku sudah dewasa, dan semua justru menghilang. Kalian semua meninggalkanku.
Atau mungkin aku yang meninggalkan kalian? Entah…
Yang aku rasa kini hanyalah sepi. Aku sendiri. Aku sebenarnya
bisa saja berdiam di rumah, menunggu kalian agar kita tetap bisa bersama. Tapi
aku berusaha melawan semua itu. Bukankah aku harus tetap hidup? Belajar,
bekerja, dan mungkin meninggalkan kalian. Semua itu menyedihkan. Menjalani
semua itu tanpa kalian serasa pohon tanpa buah, masakan tanpa garam, hidup
tanpa cinta. Hambar. Mungkin disinilah aku harus belajar. Belajar untuk jauh
dari kalian, belajar untuk meninggalkan kalian. Sebenarnya tidak benar – benar
meninggalkan. Ini semua hanya sementara sampai kalian yang akan benar – benar
pergi meninggalkanku untuk selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar