Blogroll

Minggu, 02 September 2012

Semua Pergi



Aku terdiam merenungkan semua ini, sampai pada akhirnya aku pasti akan menangis setiap kali memikirkannya. Aku rapuh? Memang. Tapi aku akan selalu berusaha terlihat tegar saat di depan kalian. Tenang saja aku takkan mengagetkan kalian dengan tiba – tiba menangis di depan kalian. Aku masih bisa menahan setiap hasrat untuk mengeluarkan air mata ini. Aku tak akan dan tak ingin terlihat lemah di mata kalian sehingga kalian tak perlu merasa kasian kepadaku. Setidaknya aku masih bisa terlihat tegar di mata kalian sampai saat ini.
Aku sudah terbiasa memendam rasa kecewa, sedih karena ulah kalian itu sendiri. Aku sudah terbiasa menangis tengah malam ketika mengingat kalian. Aku rindu. Rindu semua tentang kalian. Kasih sayang, perhatian, canda, tawa yang pernah kalian berikan.
Aku mengingat masa kecilku. Dimanja. Kalian begitu menyayangiku saat  itu dan itu saat membahagiakan. Dan yang lebih membahagiakan adalah karena aku belum mengerti rasanya patah hati, disakiti, dikhianati. Aku sungguh ingin kembali di saat – saat seperti itu.
Aku masih menerawang, mengingat lagi. Aku mulai beranjak menjadi seorang remaja. Aku punya banyak teman. Dan itu menyenangkan. Belajar bersama , bermain, pergi bersama. Menyenangkan. Aku mulai mengerti rasa cinta. Mencintai dan dicintai. Semuanya indah tapi selalu berakhir dengan buruk. Sakit. Banyak orang yang datang kemudian menghilang. Mereka hanya singgah, mengajarkanku tentang kasih sayang juga sakit hati. Dan sekarang aku harus belajar melupakan mereka. Aku  yakin Tuhan akan memberikan yang lebih baik dari mereka.
Dan semua kebahagiaan itu terasa pergi begitu saja. Sekarang aku sudah dewasa, dan semua justru menghilang. Kalian semua meninggalkanku. Atau mungkin aku yang meninggalkan kalian? Entah…
Yang aku rasa kini hanyalah sepi. Aku sendiri. Aku sebenarnya bisa saja berdiam di rumah, menunggu kalian agar kita tetap bisa bersama. Tapi aku berusaha melawan semua itu. Bukankah aku harus tetap hidup? Belajar, bekerja, dan mungkin meninggalkan kalian. Semua itu menyedihkan. Menjalani semua itu tanpa kalian serasa pohon tanpa buah, masakan tanpa garam, hidup tanpa cinta. Hambar. Mungkin disinilah aku harus belajar. Belajar untuk jauh dari kalian, belajar untuk meninggalkan kalian. Sebenarnya tidak benar – benar meninggalkan. Ini semua hanya sementara sampai kalian yang akan benar – benar pergi meninggalkanku untuk selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar